Aboekasan Atmodirono, Arsitek Pertama Indonesia (1860 – 1920)
Dalam sejarah kita, arsitek
pertama Indonesia adalah Aboekasan Atmodirono (1860-1920). Ia lulus Sekolah
Teknik Menengah Jurusan Bangunan (Middelbare Technische School) yang berhasil
mencapai jenjang opzichter. Setelah naik pangkat, ia dikenal sebagai de eerste
inlandse architect (arsitek pribumi pertama) dan bekerja di Departement van
Burgerlijke Openbare Werken (Departemen Pekerjaan Umum). Ia hadir di Kongres I
Boedi Oetomo dan masuk dalam daftar calon ketua. Ketika pemerintah Hindia
Belanda membentuk Dewan Rakyat (volksraad) di tahun 1918, ia ditunjuk duduk di
parlemen sebagai tokoh Boedi Oetomo yang juga mewakili Perhimpunan Pamong Praja
Pribumi “Mangoenhardjo”.
Ketika kesempatan sekolah ke
luar negeri terbuka bagi kaum bumiputera, Notodiningrat masuk sekolah tinggi
teknik di Delft dan lulus sebagai insinyur sipil pertama Indonesia di tahun
1916. Ia juga dikenal sebagai salah seorang pendiri Indische Vereniging
(Perhimpunan Hindia, cikal bakal Perhinpunan Indonesia). Insinyur sipil pada
masa itu mampu menangani pekerjaan perencanaan dan pengawasan di bidang
bangunan gedung, irigasi dan jalan raya. Karirnya dijalani di lingkungan Departemen
Pekerjaan Umum. Setelah masa kemerdekaan, Prof. Ir. Wreksodiningrat (alias
Notodiningrat) ikut mendirikan Fakultas Teknik UGM dan menjadi Dekan
(1947-1951).
Usai PD I, muncul tokoh
nasional yang mengawali karirnya sebagai arsitek, yaitu Abikoesno Tjokrosujoso.
Setelah lulus dari Koningin Emma School di Surabaya pada tahun 1917, ia secara
otodidak meniti karir di bidang konstruksi. Belakangan ia dapat mengikuti ujian
arsitek dan lulus di tahun 1921 (sumber lain mengatakan 1923 atau 1925).
Disamping aktif di dunia politik (adik HOS Tjokroaminoto yang kemudian memimpin
PSII) ia juga memiliki usaha aannemer dan pernah pula bekerja sebagai asisten
bersama Moh. Soesilo (perencana kota Kebayoran Baru) di biro milik Thomas
Karsten di Semarang. Setelah Indonesia merdeka, ia ditunjuk menjadi Menteri
Pekerjaan Umum dan Perhubungan RI yang pertama.
Di tahun 1920 Technische
Hoogeschool di Bandung mulai beroperasi. Empat orang bumiputera pertama yang
lulus dari sekolah itu (1926) adalah Anwari, Ondang, Soekarno dan Soetedjo.
Soekarno, Proklamator dan Presiden RI I, menyebut dirinya insinyur-arsitek. Di
awal karirnya, ia mendirikan biro insinyur pertama bumiputera bersama Anwari.
Belakangan ia juga mendirikan biro insinyur bersama Rooseno. Pekerjaannya
meliputi perencanaan dan sekaligus juga membangun rumah tinggal, pertokoan dsb.
sebagai arsitek pemborong (aannemer).
Di era kemerdekaan, pekerjaan
arsitek masih dilahirkan dari insinyur sipil lulusan TH Bandung (sekarang ITB),
disamping para tenaga trampil yang menyebutkan dirinya arsitek (tingkat teratas
dari seorang opzichter atau pengawas, antara lain dapat disebutkan nama Silaban
dan Soedarsono). Untuk memenuhi kebutuhan sesuai tuntutan jaman, maka baru di
tahun 1950 dibentuk jurusan arsitektur agar segera lahir lulusan sarjana
arsitektur Indonesia yang khusus menangani bangunan gedung. Pada tahun 1958
jurusan tersebut berhasil meluluskan 16 sarjana arsitektur pertama.
Pembangunan yang pesat di akhir
tahun 1950-an telah mendorong kesadaran dari para arsitek dan sarjana
arsitektur lulusan pertama untuk membanguna tatanan baru dunia konstruksi di
Indonesia. Tiga arsitek senior, yaitu Ars. Moh. Soesilo, Ars. Silaban, dan Ars.
Liem Bwan Tjie, bersama 17 sarjana arsitektur angkatan pertama yang dimotori
oleh Ir. Soehartono Soesilo (putra Ars. Moh. Soesilo) bersepakat mendirikan
Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) pada tanggal 17 September 1959.
No comments:
Post a Comment
Berikan komentar positif Anda tentang artikel ini